Sabtu, 10 Februari 2018

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN: BAB 6-10

Credit by google.com


ANALISIS MIKROBA AIR
Air merupakan sumber kebutuhan pokok yang sangat penting untuk kehidupan sehari – hari yang tanpa disadari mengandung berbagai jenis mikroba (pathogen dan non pathogen) di dalamnya. Perkembangan industri dan semakin luasnya  pemukiman membuat kebutuhan air bersih layak minum semakin langka. Analisis mikroba pada air  dilakukan untuk mengetahui keberadaan mikroba yang pathogen maupun non pathogen dengan melakukan pemeriksaan bakteriologis terhadap air yang bersih yang digunakan.
Dalam analisis mikroba air menggunakan pemeriksaan bakteriologis air terdiri dari : 1. Uji pendugaan, 2.  Uji penegasan atau penentu (confirmed test), 3. Uji pelengkap (completed test). Selain itu juga dilakukan analisis utama , analisis tambahan, aquality assurance analysis mikrob air, pemeriksaan air secara mikrobiologid dan pedoman pengambilan sampel air.
MIKROBIOLOGI LIMBAH
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri, rumah tangga (domestik), limbah industri  maupun rumah sakit, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar dan frekuensi pembuangan limbah. Penanganan limbah meliputi pengumpulan bahan limbah, pengangkutannya (transportasi), pemrosesan limbah dan mendaur ulang limbah menjadi bahan yang tidak berbahaya atau penempatan limbah material pada tempatnya.
Mikroba limbah merupakan Mikroba yang mampu mengasimilasi polutan ke dalam tubuh mereka sehinga konsentrasi polutan dapat berkurang dari dalam air limbah berbahaya  (infeksius).
PENGELOLAAN BUANGAN SECARA MIKROBIOLOGI
Pengelolaan buangan atau limbah secara mikrobiologi  merupakan pengolahan (treatment) air limbah dengan mendayagunakan mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan-bahan organik yang terkandung dalam air limbah menjadi bahan yang kurang menimbulkan potensi bahaya (misalnya keracunan, kematian biotik akibat penurunan DO, maupun kerusakan ekosistem). Pengolahan secara biologi seringkali merupakan pengolahan tahap kedua (secondary treatment) dalam sebuah IPAL.
Contohnya Pengolahan air limbah secara biologi biasanya merupakan tahapan kedua [secondary treatment] dalam sebuah IPAL, hal tersebut dikarenakan air limbah harus diolah terlebih dahulu [primary treatment] misalnya proses netralisasi di tahapan pertama agar pH mendekati netral namun agak asam, supaya dapat menunjang kehidupan mikroorganisme. Berbagai mikroorganisme yang berperan dalam mendekomposisi senyawa organik antaralain bakteri, protozoa, amoeba, fungi, maupun nematoda, sisanya merupakan organisme patogen yang selanjutnya akan dimusnahkan melalui proses disinfeksi.  Pengolahan air limbah secara biologi beranekaragam, biasanya dipilih berdasarkan tipe sumber limbah itu sendiri maupun ketersediaan ruang & material.
MIKROBIOLOGI TANAH
Beberapa mikroorganisme tanah bersifat patogenik terhadap tumbuhan dan menyebabkan penyakit pada perakaran sehingga menjadi layu dan busuk. Banyak tumbuhan bersimbiosis dengan jamur bernama mikoriza. Mikoriza meningkatkan kemampuan tumbuhan untuk menyerap nutrisi dan air. Interaksi antara mikroorganisme tanah dan akar tumbuhan banyak dikaji dalam ilmu mikrobiologi tanah. Mikroorganisme tanah juga bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satunya adalah bakteri.
Mikroorganisme tanah dapat menguraikan zat beracun yang berasal dari polusi. Hal ini menjadi dasar bioremediasi, yaitu penggunaan mikroorganisme untuk mendetoksifikasi dan menguraikan zat berbahaya dalam lingkungan atau setruktur tanah. struktur tanah, kandungan gizi, ketersediaan hara, dan menahan kapasitas air semuanya dipengaruhi oleh, atau tergantung pada, mikroorganisme tanah. Semua mikroorganisme tersebut adalah biota tanah yang berfungsi di ekosistem bawah tanah di akar tumbuhan dan sampah sebagai sumber makanan. Mikrobiologi tanah modern merupakan gabungan ilmu tanah, kimia, dan ekologi untuk memahami fungsi mikroorganisme dalam ekosistem tanah.
 MIKROBIOLOGI UDARA
Udara merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri di udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering ataupun terhembus oleh  tiupan angina.
Udara merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri di udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering ataupun terhembus oleh  tiupan angin.
Udara dibagi menjadi dua bagian yaitu udara luar dan udara dalam ruangan. Udara dalam ruang atau indoor airadalah udara dalam ruang gedung (rumah, sekolah, restoran, hotel, rumah sakit, perkantoran) yang  ditempati sekelompok orang dengan tingkat kesehatan yang berbeda-beda selama minimal satu jam. Sedangkan udara luar atau outdoor air adalah udara yang bergerak bebas di atmosfer dan jumlahnya lebih banyak dari udara dalam suatu ruangan Budiyanto, 2001).
Kelompok mikroba yang paling banyak di udara adalah bakteri, jamur (termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalga. Kehadiran jasad hidup tersebut di udara, ada yang dalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya spora). Mikroba udara dapat dipelajari dalam dua bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan mikroba di dalam ruangan. Mikroba paling banyak ditemukan di dalam ruangan (Pudjiastuti, dkk. 1998).
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba di udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin.  Mikroba tanah masih dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai pada ketinggian sampai 10.000 kaki.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu.
udara juga mengandung mikroorganisme. Di udara terdapat sel vegetatif dan spora bakteri, jamur dan ganggang, virus dan kista protozoa. Selama udara terkena sinar matahari, udara tersebut akan bersuhu tinggi dan berkurang kelembabannya. Selain mikroba yang mempunyai mekanisme untuk dapat toleran pada kondisi ini, kebanyakan mikroba akan mati. Udara  terutama merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. 

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN: BAB 1 - 5

Credit by google.com

PENGANTAR MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
·         Ruang lingkup dan Peranan
Mikrobiologi adalah kajian organisme yang membahas mahkluk kecil atau disebut dengan mahkluk mikroskopis dapat dilihat dengan jelas menggunakan mikroskop atau tidak dengan mata telanjang; kajian ini mencakup virus, bakteri, khamir, alga, dan jamur. Dan dapat dikaitkan dengan perannya dalam ruang lingkup lingkungan. Baik pada lingkungan Perairan, Tanah, dan Udara. Dalam peranannya tersebut dengan lingkungan yang berbeda tentu berbeda jenis dan karakteristiknya sehingga aksi dan reaksi yang dihasilkanpun berbeda serta fungsi dan solusi permasalah pada setiap lingkungan dan jenis mikroba yang terdapat pada suatu kasus berbeda-beda. Perbedaan yang secara keselurahan berbeda yaitu Teknik, Alat serta Media tumbuhnya. Peranan Mikrobiologi Lingkungan mencangkup: Mikrobiologi Kesehatan pada Lingkungan, Mikrobiologi Industri pada Lingkungan, Mikrobiologi Ekologi pada Lingkungan. Untuk keberlangsungan masa depan dan Pemecahan masalah sehingga mendapatkan solusi dalam mengetasi dan memperbaikinya.
·         Sejarah Mikrobiologi Lingkungan
Beberapa tokoh yang berperan dalam penemuan mikrobia diantaranya :
1.      Robert Hooke (1635-1703)
Robert Hooke adalah seorang peneliti dari Inggris yang pertama kali menemukan mikroskop. Hasil pengamatan Robert Hooke dipublikasikan dengan judul Micrographia (1664). Hasil karyanya yang lain adalah membuat deskripsi tentang jamur benang mikroskopik yang tumbuh di permukaan kulit serta melakukan pengamatan mikroskopi jaringan dengan struktur yang berupa ruang-ruang kecil. Ruang-ruang kecil tersebut selanjutnya ddikenal sebagai sel.

2.      Antony van Leeuwenhoek (1632 – 1723)
Antony van Leeuwenhoek adalah seorang penguji rasa anggur dari Belanda, yang juga bekerja di pabrik tirai dari linen. Dia selalu menggunakan kaca pembesar untuk menguji kualitas bahan tekstil, selanjutnya ia mengembangkan lensa menjadi mikroskop sederhana. Dengan mikroskop ini, dia melakukan pengamatan berbagai jasad renik yang hidup dalam setetes air. Leeuwenhoek adalah orang pertama yang mendeskripsikan hewan mikroskopik yang disebut protozoa dan bakteri. Semua bentuk kehidupan itu disebut animalcules. Leeuwenhoek juga menemukan bakteri dari mulut manusia.

3.      Paul Ehrlich dan Christian Gram
Pengamatan mikrobia secara mikroskopik selanjutnya diikuti dengan berkembangnya teknik pewarnaan metilen biru yang diperkenalkan oleh Paul Ehrlich (1881). Teknik pewarnaan sel bakteri dikembangkan lebih lanjut oleh Christian Gram (1884) yang dikenal dengan teknik pewarnaan Gram. Teknik ini merupakan teknik pewarnaan diferensial untuk klasifikasi bakteri, yang tergantung pada struktur dinding sel bakteri.
Mikrobiologi lingkungan sendiri berkaitan dengan semua proses mikrobial yang terjadi di tanah, air, atau makanan, sebagai contoh. Hal tersebut tidak menekankan pada microenvironment, dimana mikrobia sesungguhnya berfungsi, tetapi lebih pada efek keberadaan dan peran mikrobia pada skala/area yang lebih luas. Seseorang dapat mempelajari proses yang dimediasi oleh mikrobia dan kemungkinan efek globalnya dalam “mikrobiologi lingkungan” tanpa mengetahui microenvironment spesifiknya dimana sesungguhnya proses itu terjadi. Namun demikian perlu disadari bahwa peran mikrobia di lingkungannya yang kecil dapat menimbulkan efek global terhadap ekosistem yang luas.
MIKROBIOLOGI AKUATIK
·         Lingkungan Mikrobe Akuatik
Mikroorganisme tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan abiotik dan biotik dari suatu ekosistem karena perannya sebagai pengurai. Salah satunya adalah peran mikroorganisme yang hidup pada daerah akuatik. Air alami tersedia sebagai habitat untuk sejumlah mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut dapat menempati habitat air tawar seperti danau, sungai, kolam, habitat lautan, atau habitat estuari atau daerah antara laut dan air-tawar. Ilmu mengenai mikroorganisme dalam lingkungan air tawar, lautan dan estuari disebut mikrobiologi akuatik. (Waluyo, 2009).
Menurut Taringan 1988, keberadaan mikroorganisme-mikroorganisme dalam lingkungan akuatik dan kegiatannya sangat penting. Jasad  renik tersebut dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan kehidupan hewan, hal ini karena mereka menempati posisi kunci di dalam rantai makanan dengan cara menyediakan makanan bagi kehidupan akuatik berikutnya yang bertaraf lebih tinggi. Jasad-jasad renik tersebut membantu berlangsungnya rantai reaksi biokimiawi yang mengatur daur ulang unsur-unsur, seperti yang terjadi di dalam tanah. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dikaji secara umum tentang penyebaran mikroorganisme akuatik serta peranan mikroba di lingkungan akuatik baik yang menguntungkan maupun merugikan.
·         Kelompok Mikrobe dalam Air
o   Distribusi pada Mata Air dan Sungai
o   Distribusi pada Danau
o   Distribusi pada Laut
o   Distribusi pada Sedimen Perairan Dalam
·         Kehidupan di Dalam Air
Seperti umumnya di dalam habitat atau tempat hidup lainnya, kelompok yang didapatkan hidup di air terdiri dari bakteri, fungi, mikroalga, virus dan protozoa. Kelompok-kelompok tersebut kehadirannya dalam air ada yang mendatangkan keuntungan, tetapi juga banyak yang mendatangkan kerugian
·         Distribusi Mikrobe Air dalam Siklus Unsur dalam Air
Koloni mikroorganisme dalam jumlah besar bisa didapatkan dari lapisan atas lumpur suatu danau karena memiliki bahan organik yang tinggi. Keberadaan mikroorganisme tersebut dapat dihitung dengan hitung mikroskopik langsung. Jumlah bakteri yang ditemukan antara 1.000.000 sampai dengan beberapa ratus juta per gram lumpur. Jumlah bakteri saprofit secara umum sebanyak beberapa puluh ribu sampai beberapa ratus ribu per gram lumpur. Pada air yang tercemar didapatkan jumlah yang lebih besar.
       Lumpur yang berisi bakteri dan bahan-bahan organik yang telah terurai dapat didapatkan dari kedalaman lumpur yang hanya beberapa sentimeter. Pada kedalaman 1 m jumlah bakteri hanya sedikit dibandingkan pada permukaan. Hampir dalam semua endapan danau, di samping Eubacteria, Actinomycetes juga dapat dideteksi. Jumlah Actinomycetes menurus sesuai dengan kedalaman. Demikian juga, jumlah fungi dalam lumpur danau juga menurun dengan meningkatnya kedalaman sedimen.
·         Mikrobe dalam Ekosistem Perairan
Perairan alami memiliki sifat yang dinamis dan aliran energi yang kontinyu hal ini terjadi selama sistem di dalamnya tidak mendapatkan gangguan atau hambatan, antara lain dalam bentuk pencemaran. Lingkungan perairan meliputi air laut, air payau (peralihan air tawar ke air laut), dan air tawar, Di lingkungan t lepas memiliki populasi mikroorganisme yang relatif lebih rendah, di lingkungan perairan populasi mikroorganisme terdapat lebih banyak, hal ini karena lingkungan pantai kaya akan nutrien yang berasal dari daratan. Pada lingkungan perairan terdapat mikroorganisme sama seperti lingkungan yang lainnya.
Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat juga merupakan suatu substansi yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun (Tarigan, 1988). Dalam air baik yang kita anggap jernih, sampai terhadap air yang keadaannya sudah kotor atau tercemar, di dalamnya akan terkandung sejumlah kehidupan.
MIKROBE DAN PENCEMARAN AIR
·         Pencemaran terhadap Bahan Air
Populasi mikroba di alam sangat besar dan kompleks. Beratus-ratus spesies dari berbagai mikroba biasanya menghuni lingkungan yang menurutnya nyaman dan menguntungkan sehingga terjadinya penumbuhan mikroorganisme yang berlebihan dapat menimbulkan pencemaran Air yang kita gunakan untuk keperluan sehari-hari mengandung berbagai jenis mikroba (patogen dan nonpatogen) di dalamnya. Seiring dengan berkembangnya industri, penduduk dan luasnya areal pemukiman, ketersediaan akan air bersih yang layak diminum semakin langka. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menilai kelayakan / kualitas air unuk menjadi air minum adalah jenis bakteri yang terkandung di dalamnya. Pemakaian air sungai sebagai air minum masih aman digunakan asalkan mikroorganisme (bakteri) yang terkandung di dalamnya tidak bersifat patogen. Air minum yang tercemar oleh kuman dapat menyebabkan wabah penyakit usus. Ditemukannya kuman-kuman patogen dari air minum, misalnya Salmonella Tiphy, Shigella dysentriae, Vibrio Cholera, Escherichia coli merupakan bukti langsung bahwa air minum sudah tercemar kotoran manusia. Salah satu metode pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan monitoring kualitas air secara mikrobiologik sebelum dijadikan sebagai sumber air minum. Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan,, susu,dll. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negative, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35°C. Adanya bakteri koliform di dalam minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksikgenik yang berbahaya bagi kesehatan.
·         Penyebaran Mikroba Lewat Air
Bakteri flora pada permukaan perairan lebih banyak daripada perairan subterania. Komposisinya tergantung dari suplai nutrien-nutrien dalam air. Jumlah bakteri tanha yang terikut air biasanya masih cukup tinggi misalnya, Azotobacter choroococum, dan bakteri pengurai nitrit, Nitrosomonas europeae dan Nitrobacter winogradskyi.
Suingai-sungai membawa lebih banyak atau lebih sedikit limbah yang membawa bakteri tergantung limpahan limbah yang terbuang. Contoh yang menarik adalah bakteri intestinal Escherichia coli, yang dinamakan strain Koliform dan Salmonella patogenik sebagai penyebab demam tifoid. Danau mata air masih mengandung banyak bakteri dari sumber mata air; penambahan bakteri tergantung dari faktor fisika dan faktor kimia. Determinasi jumlah total bakteri dengan cara hitungan langsung di sungai memberikan gambaran jumlah yang tidak tentu tergantung dari hidrografi. Misalnya, 352.000-9.800.000 per ml air, di sungai Rio Negro Brazilia berjumlah 200.000-300.000 per ml air, dan di sungai Dalvin Slovakia berjumalah 1.194.400 per ml air.
Banayak faktor yang mempengaruhi penyebaran mikroba di dalam air. Diantaranya; a) faktor abiotik, seperti cahaya, temperatur, tekanan, turbiditas, konsentrasi ion hidrogen dan potensial redoks, salinitas, bahan-bahan anorganik dan organik, gas-gas terlarlarut; b) faktor biotik  seperti kompetisi nutrien, bakteri dan fungi sebagai makanan organisme lainnya, vitamin, enzim dan antibiotika.
PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM
·         Sumber-sumber Air
Pegunungan, Sumur, dan Sungai.
·         Kriteria Kualitas Air
1.      Air harus jernih atau tidak keruh. Kekeruhan pada air biasanya disebabkan oleh adanya butir-butir tanah liat yang sangat halus. Semakin keruh menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang terkandung di dalamnya.
2.      Tidak berwarna. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain berbahaya bagi kesehatan, misalnya pada air rawa berwarna kuning , air buangan dari pabrik , selokan, air sumur yang tercemar dan lain-lain.
3.      Rasanya tawar. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
4.      Tidak berbau. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan organik yang sedang didekomposisi (diuraikan) oleh mikroorganisme air.
5.      Derajat keasaman (pH) nya netral sekitar 6,5 – 8,5 . Air yang pHnya rendah akan terasa asam, sedangkan bila pHnya tinggi terasa pahit. Contoh air alam yang terasa asam adalah air gambut (rawa)
6.      Tidak mengandug zat kimia beracun, misalnya arsen, timbal, nitrat, senyawa raksa, senyawa sulfida, senyawa fenolik, amoniak serta bahan radioaktif.
7.      Tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti Escheria coli , yaitu bakteri yang biasa terdapat dalam tinja atau kotoran, serta bakteri-bakteri lain yang dapat menyebabkan penyakit usus dan limpa, yaitu kolera, typhus, paratyphus, dan hepatitis. Dengan memasak air terlebih dahulu hingga mendidih, bakteri tersebut akan mati.
·         Perlindungan Kualitas Air
Dengan pemeriksaan mikrobiologis dengan Most Probable Number Test (MPN) terhadap sampel yang terdiri dari tiga tes, yaitu presumptive test, confirmative test, dan complete test. Uji kualitatif Coliform secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji dugaan (presumptive test), uji penetapan (confirmed test), dan uji pelengkap (completed test). Metode pengujian yang digunakan adalah metode Most Probable Number (MPN) atau Jumlah Perkiraan Terbatas (JPT).
Analisis kuantitatif mikrobiologi pada air minum penting dilakukan untuk mengetahui mutu air minum tersebut. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik dalam suatu suspensi, salah satunya adalah pemeriksaan adanya bakteri Coliform pada minuman dengan metode MPN (Most Probable Number).
Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi umumnya ditunjukkan dengan kehadiran bakteri indikator seperti Coliform dan Fecal coli. Bakteri Coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik, dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35° C. Berdasarkan hal inilah yang melatar belakangi dilaksanakannya praktikum ini untuk mengetahui teknik pengujian kualitas air dengan menggunakan metode MPN sehingga dapat mengetahui air yang baik untuk dikonsumsi.
·         Kualitas Kemasan dan Air Isi Ulang
Penampungan air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki air dan selanjutnya ditampung dalam bak tendon. Bak tendon dibuat dari bahan tara pangan (food grade) dan bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air.
Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas:
(1) Khusus digunakan untuk air minum
(2) Mudah dibersihkan dan didesinfektan, diberi pengaman.
(3) Harus mempunyai ”manhole”
(4) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran.
(5) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi. Tangki, selang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade) tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali.
Penyaringan bertahap
Tahapan penyaringan antara lain terdiri dari :
(1) Saringan berasal dari pasir atau sandfilter
(2) Saringan karbon aktif atau carbon filter
(3) Saringan halus atau micro filter
Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki pencampur ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaatsetelah pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksiselain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaranUltra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 mm atau kekuatan 2.537 derajat Angstrom. Proses desinfeksi sinar ultra violet yaitu dengan melewatkan air kedalam tabung atau pipa yang disinari dengan lampu ultra violet.
Pengisian ketempat air (wadah) dilakukan dengan menggunakan alat serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.
Penutupan tempat air (wadah) dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen dan atau yang disediakan oleh Depot air minum.
·         Memilih Air Kemasan
o   Perhatikan suhu
o   Lihat bentuk kemasan
o   Perhatikan lingkungan penyimpanan
o   Lihat tanggal kedaluwarsa
o   Perhatikan warna dan bau air
o   Harus terdaftar di Depkes dan BPOM

PROSES PENGOLAHAN AIR
·         Pengertian Pengolahan Air
o   Skema pengolahan air bersih:
o   (Bangunan Pengumpul Air)
o   Bak Prasedimentasi (optional)
o   WTP (Water Treatment Plant)
pokok dari sistem pengolahan air bersih. Bangunan ini beberapa bagian, yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
·         Cara-cara Perbaikan Kualitas Air
Adapun cara perbaikan air dapat dilakukan dengan cara yang sederhana antara lain :
1.      Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam cairan/zat cair dengan menggunakan pengaruh gravitasi, untuk mengendapkan partikel-partikel tersuspensi yang lebih kuat daripada air, dan unutk mereduksi bahan-bahan tersuspensi (kekeruhan) dari dalam air dan dapat juga berfungsi untuk mereduksi kandungan organisme (patogen) tertentu dalam air.
2.      Koagulasi / Flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel halus yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar sehingga bisa diendapkan, dengan jalan menambahkan bahan koagulasi antara lain yang sering digunakan adalah tawas. Secara tradisional untuk koagulasi air, banyak dipakai seperti biji kelor, karat besi, tanah gambut, dan lain sebagainya. Kegunaannya adalah untuk memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang sangat lembut dapat diendapkan.
3.      Aerasi adalah proses pengelolahan air dengan cara mengontakkannya dengan udara, tujuannya adalah untuk penambahan jumlah oksigen, penurunan jumlah karbon dioksida, dan berbagai  senyawa yang bersifat volatile yang berkaitan untuk rasa dan bau, agar menghasilkan air minum yang baik.
4.      Filtrasi adalah proses penyaringan air menembus media berpori-pori. Penyaringan yang dimaksud adalah penyaringan dengan melewatkan air melalui bahan berbentuk butiran yang diatur sedemikian rupa sehingga zat padatnya tertinggal pada butiran tersebut. Bahan yang umum digunakan untuk penyaringan adalah pasir. Dalam proses penyaringan yang kita amati adalah kekeruhan. Kekeruhan air yang masuk saringan, dan kekeruhan air yang keluar dari saringan. Jenis-jenis saringan terdiri dari, saringan pasir yang terdiri dari saringan pasir lambat, saringan pasir cepat. Di samping saringan pasir, masih ada beberapa saringan yang diperkenalkan antara lain : penyaringan dengan kain, untuk menyaring kotoran, daun dan binatang kecil, parasit besar, misalnya telur cacing dan protozoa. Penyaringan dengan bejana tanah liat atau berpori dapat menyaring kista, telur cacing dan cercaria. Saringan arang batok yang dapat berfungsi menjernihkan air.
·         Pengolahan Air Buangan
o   Pengenceran (dilution)
o   Irigasi Luas
o   Kolam Oksidasi (oxidation ponds/waste stabilizationponds lagoon)
o   Pengolahan air buangan primer dan sekunder/ primary and secondary treatment plant