![]() | |
| Credit by google.com |
Ruang Lingkup Mikrobiologi Lingkungan
a. Mikrobiologi Udara
Mikroorganisme
memiliki cakupan habitat yang luas. Ukuran mikroorganisme yang kecil
mempermudahnya untuk berpindah. Mikrobiologi udara berkaitan dengan
mikroorganisme yang ada di udara. Pembahasan mengenai mikrobiologi udara di
beberapa buku sangat jarang. Udara merupakan media perantara bagi beberapa
mikroorganisme yang menyerang manusia, hewan maupun tumbuhan. Jamur Rhizopus
sp. merupakan jamur terbanyak yang biasanya tumbuh pada roti, sayuran,
buah-buahan, dan produk makanan lainnya. Namun, apabila jamur tersebut tersebar
di udara dan terhirup melalui saluran pernafasan, secara klinis dapat
menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe II dan III seperti asma dan
pneumonitis hipersensitivitas (Pelczar, 2008).
Beberapa
faktor yang mempengaruhi keberadaan mikroorganisme dalam udara adalah
temperatur, kelembapan udara, dan iklim (Cotty and Garcia, 2007). Kedua faktor
ini akan mempengaruhi interaksi mikroorganisme dengan inang. Cotty dan Gracia (2007)
menjelaskan bahwa ketiga faktor tersebut mempengaruhi jamur dalam menyerang
tanaman jagung. Mikrobiologi udara berkaitan dengan bidang kesehatan, makanan,
dan pertanian.
b.
Mikrobiologi Tanah
Tanah merupakan campuran yang terdiri dari bahan
organik, anorganik, air dan udara yang semuanya tercampur menjadi satu sehingga
sulit dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Senyawa organik merupakan
kumpulan sisa-sisa makanan yang sebagian telah diuraikan. Bahan organik
tersebut merupakan bagian yang mudah dihancurkan oleh organisme tanah seperti
bakteri, jamur, mikro-alga dan protozoa.
Dengan demikian mikroorganisme termasuk bagian tanah yang berperan penting
dalam menentukan sifat dan tekstur tanah (Kusnadi, dkk. 2003).
Organisme tanah tinggal di lapisan seresah organik
atau lapisan permukaan tanah, dan horizon tanah yang lebih dalam. Distribusi
vertikal dan horizon tanah biasanya dibatasi oleh temperatur, kandungan air dan
tekstur tanah. Dalam hal ini kandungan bahan organik mengendalikan proses
biotik tanah. Distribusi organisme tanah mempunyai hubungan erat dengan pori
tanah, pertikel tanah, dan akar tanaman (Agus & Subiksa, 2008).
Bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa tanaman
dan hewan yang mengalami proses perombakan, selama proses perombakan ini
berbagai jasad hayati tanah baik yang menggunakan tanah sebagai liangnya
ataupun yang hidup dan beraktifitas di dalam tanah, memainkan peran penting
dalam perubahan bahan organik dari bentuk segar (termasuk juga sel sel jasad
mikro yang mati) hingga terurai menjadi senyawa senyawa sederhana yang
tersedian bagi tanaman (Yulipriyanto, 2010).
Menurut
Hamdiyati (tanpa tahun) tanah merupakan campuran kompleks dengan komposisi
sebagai berikut:
ü Materi Anorganik (45 %) : Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, P, dan
lain-lain.
ü Materi Organik (5 %) : Karbohidrat, Protein, Lipid, dan
lain-lain.
ü Air (25 %) dan Udara (25 %)
ü Organisme : Vertebrata, Invertebrata, Mikroba
Proses perkembangan tanah melibatkan interaksi yang kompleks antara bahan
baku (batu, pasir, dan lain-lain), topografi, iklim, dan organisme hidup.
Berdasarkan asal usulnya, tanah dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu
tanah mineral dan tanah organik.
Secara langsung maupun tidak langsung, bahan buangan dari makhluk hidup
pada umumnya dibuang atau dikubur dalam tanah. Dalam waktu yang cukup lama
bahan buangan tersebut akan berubah menjadi komponen organik dan komponen
anorganik tanah. Perubahan tersebut juga dilakukan oleh organisme yaitu
perubahan dari bahan organik menjadi substansi yang menyediakan nutrien bagi
tumbuhan.
Bentuk tanah merupakan hasil dari penggabungan antara proses fisik, kimia
dan biologi. Suatu pengamatan terhadap batuan terbuka menunjukkan adanya alga,
liken dan lumut. Organisme tesebut dapat melakukan dormansi pada batuan yang
kering dan akan tumbuh ketika batuan tersebut lembab. Organisme-organisme
tersebut bersifat fototropik dan menghasilkan bahan organik yang membantu
pertumbuhan bakteri dan fungi organotrof.
c. Mikrobiologi Air
Air merupakan materi penting dalam kehidupan. Semua makhluk hidup
membutuhkan air. Misalnya sel hidup, baik hewan maupun tumbuhan, sebagian besar
tersusun oleh air, yaitu lebih dari 75% isi sel tumbuhan atau lebih dari 67%
isi sel hewan. Dari sejumlah 40 juta milkubik air yang berada di permukaan dan
di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara
langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena dari jumlah 40 juta
mil-kubik, 97% terdiri dari air laut dan jenis air lain yang berkadar-garam
tinggi, 2,5% berbentuk salju dan es-abadi yang dalam keadaan mencair baru dapat
dipergunakan secara langsung oleh manusia. Kebutuhan air untuk keperluan
sehari-hari, berbeda untuk setiap tempat dan setiap tingkatan kehidupan.
Biasanya semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula jumlah
kebutuhan air. Di Indonesia, berdasarkan catatan dari Departemen Kesehatan,
rata-rata keperluan air adalah 60 liter per kapita, meliputi:
Tabel 1.
Kebutuhan air per kapita di Indonesia.
|
Air untuk keperluan
|
Jumlah (liter)
|
|
Mandi
|
30
|
|
Masak
|
10
|
|
Mencuci
|
5
|
|
Minum
|
5
|
|
Lain-lain
|
5
|
Sejalan dengan kemajuan dan
peningkatan taraf kehidupan, tidak dapat dihindari adanya peningkatan jumlah
kebutuhan air, khususnya untuk keperluan rumah tangga, sehingga berbagai cara
dan usaha telah banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air, antara lain
dengan :
· Mencari sumber-sumber air baru (air-tanah, air
danau, air sungai, dan sebagainya);
· Mengolah dan mentawarkan air laut;
· Mengolah dan memurnikan kembali air kotor yang
berada di sungai, danau, dan sumber lain yang umumnya telah tercemar baik
secara fisik, kimia maupun mikrobiologis.
Komponen kehidupan di dalam
air, terdiri dari
1. Mikroba : bakteri, jamur, mikroalga,
protozoa, virus
2. Hewan
dan tumbuhan air
Berbagai macam mikroorganisme ditemukan dalam lingkungan akuatik,
penyebarluasannya ditentukan oleh faktor kimia dan fisik yang terdapat dalam
lingkungan tersebut. Faktor lingkungan ini sangat berbeda satu dengan yang
lainnya seperti suhu, tekanan hidrostatik, cahaya, salinitas, turbiditas, pH
dan nutrient
Daftar Pustaka
Cotty,
Peter J., and Gracia, Ramon Jaime. 2007. Influences of Climate on Aflatoxin Producing Fungi and Aflatoxin Contamination. USA
Kusnadi
Peristiwati, Ammi Syulasmi, Widi Purwianingsih, dan Diana Rochintaniawati.
2003. Common Text Book (Edisi Revisi)
Mikrobiologi. Bandung : JICA UPI.
Pelczar.
2008. Dasar-dasar
Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press.
Agus, F., dan I.G. Subiksa. 2008.
Lahan gambut: potensi untuk pertanian dan aspek lingkungan. Balai Penelitian Tanah.
Badan Litbang Pertanian. World Agroforestry Centre. Bogor
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi
Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta







0 komentar:
Posting Komentar