Sabtu, 10 Februari 2018

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN: RUANG LINGKUP

Credit by google.com 


Ruang Lingkup Mikrobiologi Lingkungan

a. Mikrobiologi Udara
Mikroorganisme memiliki cakupan habitat yang luas. Ukuran mikroorganisme yang kecil mempermudahnya untuk berpindah. Mikrobiologi udara berkaitan dengan mikroorganisme yang ada di udara. Pembahasan mengenai mikrobiologi udara di beberapa buku sangat jarang. Udara merupakan media perantara bagi beberapa mikroorganisme yang menyerang manusia, hewan maupun tumbuhan. Jamur Rhizopus sp. merupakan jamur terbanyak yang biasanya tumbuh pada roti, sayuran, buah-buahan, dan produk makanan lainnya. Namun, apabila jamur tersebut tersebar di udara dan terhirup melalui saluran pernafasan, secara klinis dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe II dan III seperti asma dan pneumonitis hipersensitivitas (Pelczar, 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan mikroorganisme dalam udara adalah temperatur, kelembapan udara, dan iklim (Cotty and Garcia, 2007). Kedua faktor ini akan mempengaruhi interaksi mikroorganisme dengan inang. Cotty dan Gracia (2007) menjelaskan bahwa ketiga faktor tersebut mempengaruhi jamur dalam menyerang tanaman jagung. Mikrobiologi udara berkaitan dengan bidang kesehatan, makanan, dan pertanian.

b.  Mikrobiologi Tanah
Tanah  merupakan campuran yang terdiri dari bahan organik, anorganik, air dan udara yang semuanya tercampur menjadi satu sehingga sulit dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Senyawa organik merupakan kumpulan sisa-sisa makanan yang sebagian telah diuraikan. Bahan organik tersebut merupakan bagian yang mudah dihancurkan oleh organisme tanah seperti bakteri, jamur,  mikro-alga dan protozoa. Dengan demikian mikroorganisme termasuk bagian tanah yang berperan penting dalam menentukan sifat dan tekstur tanah (Kusnadi, dkk. 2003).
Organisme tanah tinggal di lapisan seresah organik atau lapisan permukaan tanah, dan horizon tanah yang lebih dalam. Distribusi vertikal dan horizon tanah biasanya dibatasi oleh temperatur, kandungan air dan tekstur tanah. Dalam hal ini kandungan bahan organik mengendalikan proses biotik tanah. Distribusi organisme tanah mempunyai hubungan erat dengan pori tanah, pertikel tanah, dan akar tanaman (Agus & Subiksa, 2008).
Bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa tanaman dan hewan yang mengalami proses perombakan, selama proses perombakan ini berbagai jasad hayati tanah baik yang menggunakan tanah sebagai liangnya ataupun yang hidup dan beraktifitas di dalam tanah, memainkan peran penting dalam perubahan bahan organik dari bentuk segar (termasuk juga sel sel jasad mikro yang mati) hingga terurai menjadi senyawa senyawa sederhana yang tersedian bagi tanaman (Yulipriyanto, 2010).
Menurut Hamdiyati (tanpa tahun) tanah merupakan campuran kompleks dengan komposisi sebagai berikut:
ü  Materi Anorganik (45 %) : Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, P, dan lain-lain.
ü  Materi Organik (5 %) : Karbohidrat, Protein, Lipid, dan lain-lain.
ü  Air (25 %) dan Udara (25 %)
ü  Organisme : Vertebrata, Invertebrata, Mikroba
Proses perkembangan tanah melibatkan interaksi yang kompleks antara bahan baku (batu, pasir, dan lain-lain), topografi, iklim, dan organisme hidup. Berdasarkan asal usulnya, tanah dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu tanah mineral dan tanah organik.
Secara langsung maupun tidak langsung, bahan buangan dari makhluk hidup pada umumnya dibuang atau dikubur dalam tanah. Dalam waktu yang cukup lama bahan buangan tersebut akan berubah menjadi komponen organik dan komponen anorganik tanah. Perubahan tersebut juga dilakukan oleh organisme yaitu perubahan dari bahan organik menjadi substansi yang menyediakan nutrien bagi tumbuhan.
Bentuk tanah merupakan hasil dari penggabungan antara proses fisik, kimia dan biologi. Suatu pengamatan terhadap batuan terbuka menunjukkan adanya alga, liken dan lumut. Organisme tesebut dapat melakukan dormansi pada batuan yang kering dan akan tumbuh ketika batuan tersebut lembab. Organisme-organisme tersebut bersifat fototropik dan menghasilkan bahan organik yang membantu pertumbuhan bakteri dan fungi organotrof.

c.  Mikrobiologi Air
Air merupakan materi penting dalam kehidupan. Semua makhluk hidup membutuhkan air. Misalnya sel hidup, baik hewan maupun tumbuhan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih dari 75% isi sel tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan. Dari sejumlah 40 juta milkubik air yang berada di permukaan dan di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena dari jumlah 40 juta mil-kubik, 97% terdiri dari air laut dan jenis air lain yang berkadar-garam tinggi, 2,5% berbentuk salju dan es-abadi yang dalam keadaan mencair baru dapat dipergunakan secara langsung oleh manusia. Kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari, berbeda untuk setiap tempat dan setiap tingkatan kehidupan. Biasanya semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat pula jumlah kebutuhan air. Di Indonesia, berdasarkan catatan dari Departemen Kesehatan, rata-rata keperluan air adalah 60 liter per kapita, meliputi:





Tabel 1. Kebutuhan air per kapita di Indonesia.
Air untuk keperluan
Jumlah (liter)
Mandi
30
Masak
10
Mencuci
5
Minum
5
Lain-lain
5










Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, tidak dapat dihindari adanya peningkatan jumlah kebutuhan air, khususnya untuk keperluan rumah tangga, sehingga berbagai cara dan usaha telah banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air, antara lain dengan :
·         Mencari sumber-sumber air baru (air-tanah, air danau, air sungai, dan sebagainya);
·         Mengolah dan mentawarkan air laut;
·         Mengolah dan memurnikan kembali air kotor yang berada di sungai, danau, dan sumber lain yang umumnya telah tercemar baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologis.
Komponen kehidupan di dalam air, terdiri dari
1. Mikroba : bakteri, jamur, mikroalga, protozoa, virus
2. Hewan dan tumbuhan air
Berbagai macam mikroorganisme ditemukan dalam lingkungan akuatik, penyebarluasannya ditentukan oleh faktor kimia dan fisik yang terdapat dalam lingkungan tersebut. Faktor lingkungan ini sangat berbeda satu dengan yang lainnya seperti suhu, tekanan hidrostatik, cahaya, salinitas, turbiditas, pH dan nutrient

Daftar Pustaka
Cotty, Peter J., and Gracia, Ramon Jaime. 2007. Influences of Climate on Aflatoxin Producing Fungi and Aflatoxin Contamination. USA
Kusnadi Peristiwati, Ammi Syulasmi, Widi Purwianingsih, dan Diana Rochintaniawati. 2003. Common Text Book (Edisi Revisi) Mikrobiologi. Bandung : JICA UPI.
Pelczar. 2008.  Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI-Press.
Agus, F., dan I.G. Subiksa. 2008. Lahan gambut: potensi untuk pertanian dan aspek lingkungan. Balai Penelitian Tanah. Badan Litbang Pertanian. World Agroforestry Centre. Bogor
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta

0 komentar:

Posting Komentar